Keturunan Patih Nang Sabatang
Saya melewati beberapa hari di rumah Gundok. Kami kerap berdiskusi tentang kepemimpinan adat. Menurut Gundok, kepemimpinan adat, seperti yang diuraikan sebelumnya, memang dipimpin oleh Tiga Payung Sekaki, yakni: Batin Talang Parit, Batin Talang Perigi dan Patih Durian Cacar.
Dulunya, kisah Gundok, orang Talang Mamak berkembang dari ayah yang berasal dari Minangkabau. Orang Talang Mamak menyebutnya Patih Nang Sabatang. Di Talang Mamak, Patih Nang Sabatang memiliki tiga orang anak. Tiga anak itulah yang lantas berkembang menjadi orang Talang Mamak. Mereka dikenal dengan sebutan Patih Nang Betiga.
Patih Nang Betiga lantas dikenal dengan Payung Tiga Sekaki. Mereka adalah para patih yang berkedudukan di Durian Cacar, Talang Perigi dan Talang Parit. Patih Durian Cacar dikenal dengan Patih Sebunga, Patih Talang Perigi dikenal dengan sebutan Patih Sebesi dan Patih Talang Parit dikenal dengan sebutan Patih Kelopak.
Ketiganya menunjukkan tingkatan mulai dari anak termuda hingga yang paling tua. Menurut Gundok, pendahulunya di Talang Mamak memercayai bahwa Patih Sebunga adalah anak yang paling muda dan Patih Kelopak adalah anak yang paling tua. Ketiga anak Patih Nang Sabatang lantas menduduki wilayahnya masing-masing.
Rapan, di Talang Perigi mengakui bahwa keturunan orang Talang Mamak berasal dari ayah orang Minangkabau. Kedekatan pertalian darah ini membuat sebagian besar adat istiadat orang Talang Mamak memiliki kemiripan dengan adat istiadat orang Minangkabau.
Dalam Tambo Adat Minangkabau, Patih Nang Sabatang dikenal dengan sebutan Parpatih Nan Sabatang. Selain itu, di Minangkabau juga dikenal adanya Parpatih Ketemanggungan. Kedua Parpatih ini lantas memiliki keturunan dan membentuk adat istiadat sendiri.
“Kalau ibu berasal dari keturunan Arab, bernama Putri Indah Jalilah,” tandas Rapan.
Sejauh ini, belum terkonfirmasi keturunan orang Talang Mamak dari garis ibu. Kecuali apa yang disebutkan Rapan, ada pula yang menyebut ibu orang Talang Mamak berasal dari Johor, sebagian lagi mengatakan dari Malaka.
Salah satu catatan mutakhir menyebut: Patih Nang Sabatang menikahi Putri Indah Jalilah, anak Raja Langka (sekarang di Johor, Malaysia) dan cucu anak Adam-Hawa yang bungsu. Dengan demikian Patih Nang Sabatang menikahi keponakannya sendiri [6].
Kembali pada Payung Tiga Sekaki, dua di antaranya kemudian dikenal dengan sebutan Batin, sementara di Durian Cacar, pemerintahan adat masih dikepalai oleh Patih.
Tak ada penjelasan perubahan itu. Saya mencoba mengonfirmasi sejarah itu kepada literatur tertulis, juga tidak ditemukan. Saya bahkan menemui Batin Talang Parit, Irasan, juga tak ada informasi. Saya juga tak menjumpai informasi itu dari Rapan, Batin Talang Perigi.
Menurut mereka, perubahan itu sudah terjadi sejak lama. Budaya oral orang Talang Mamak tidak merekam oleh siapa dan kapan perubahan nama itu terjadi.
Dongeng sejarah yang saya dengar dari beberapa sumber informasi menyebut ada tiga versi sejarah perubahan nama tersebut. Versi pertama mengisahkan pertemuan Patih Sebunga (Patih Durian Cacar) dengan Datu Bagigi Tunggal. Sang Datu kemudian merubah nama gelar untuk Patih Kelopak dan Patih Sebesi menjadi Batin, tapi tidak merubah penyebutan untuk Patih Sebunga. Kendati Patih Sebunga adalah saudara yang paling kecil, tapi Datu Bagigi Tunggal memercayai bahwa kepercayaan Langkah Lama akan terus dipertahankan oleh Sang Adik.
Beberapa kali istilah Langkah Lama muncul dalam catatan ini. Saya akan menjelaskan Langkah Lama dalam catatan tersendiri.
Versi kedua menyebut, gelar Patih Sebunga tidak diganti karena telah dimandatkan oleh ayah mereka, Patih Nang Sabatang. Menurut sumber itu, Patih Nang Sabatang memerintahkan dua anak pertamanya menjadi Batin dan menetapkan gelar Patih bagi anak bungsunya itu.
Sumber informasi ini tidak menyebutkan alasan peruahan nama yang dilakukan Patih Nang Sabatang. Sumber ini hanya menyebut bahwa kejadian itu sudah berlalu dan tidak ada pertinggal yang dituliskan.
Versi ketiga menyebut perubahan ini berkait dengan keinginan Raja Indragiri menangkap gajah putih. Raja telah meminta Patih Sebesi dan Patih Kelopak mencari dan menangkap gajah putih. Keduanya lantas menunaikan perintah Raja.
Di dalam hutan, keduanya berhasil menangkap gajah putih. Gajah itu masuk ke dalam lubang perangkap. Agar gajah tak lari, maka lubang itu ditutup dengan kain bewarna kuning dan hitam.
Patih Sebesi dan Patih Kelopak kembali ke kampungnya masing-masing. Mereka memberitakan kepada Raja bahwa gajah putih telah ditangkap dan sekarang berada dalam lubang bertutup kain kuning dan hitam.
Namun ketika Raja mendatangi lubang dimaksud, Raja mendapati lubang itu kosong, tidak ada gajah putih. Sementara kain penutup bewarna kuning dan hitam masih berada pada tempatnya, bahkan tidak menunjukkan tanda kerusakan. Gajah itu telah melarikan diri secara ajaib. Hal ini membuat Raja marah. Kemarahan Raja membuat Patih Sebesi dan Patih Kelopak tak lagi menyandang gelar Patih, mereka menjadi Batin.
Terlepas dari berbagai versi itu, Ketiga Patih, lanjut Gundok, memiliki anak dan keturunan. Keturunan mereka menyebar sepanjang wilayah adat orang Talang Mamak yang kini dikenal sebagai Kabupaten Indragiri Hulu. Sebagian lagi mereka telah bermigrasi hingga ke Kabupaten Tebo di Jambi.
Keturunan Patih Durian Cacar, lanjutnya, menyebar hingga ke Batang Tenaku, Rantau Langsat, Dinala Pasak Melintang, Tujuh Buah Tangga, Ampang Delapan dan Anak Talang. Sementara itu, keturunan Batin Talang Perigi menyebar hingga ke Kedabu, Pembubung, Talang Siambul dan Dua Puluh Patar. Keturunan Batin Talang Parit menyebar melewati wilayah-wilayah Talang Jerinjing, Talang Sungai Limau, Muke Muke, Belimbing dan Sungai Jirak.
Masing-masing wilayah kemudian membentuk pemerintahan adat sendiri. Karena kebutuhan akan ruang semakin meningkat, masing-masing kebatinan memperluas wilayah pemerintahan adatnya. Penyebaran ini dilakukan oleh anak keturunan selanjutnya, yakni para cicit dari Payung Tiga Sekaki.
Di Batang Tenaku, wilayah adat meluas hingga ke wilayah Sipang dan Alim. Di Rantau Langsat meluas hingga ke wilayah Talang Lakat dan Usul. Semuanya berada dalam satuan struktur adat di bawah kepemimpinan Patih Durian Cacar.
Sementara itu, pada pemerintahan Kebatinan Talang Perigi, penyebaran wilayah dilakukan hingga Pembubung dan Talang Siambul. Dari Pembubung, muncul dua kebatinan lain, yakni di wilayah Menggayahan dan Tenaku Kecik. Dan dari Talang Siambul menyebar ke wilayah Ringin dan Lemang.
Pada Kebatinan Talang Parit juga terjadi perluasan wilayah kebatinan. Kebatinan Muke Muke menyebar hingga ke Pejangki dan Belingan. Ditambah dengan perluasan Kebatinan Belimbing ke wilayah Siberida.
Pertanyaan pertama yang mungkin muncul adalah, mengapa ada Raja Indragiri dalam struktur tersebut? Hal ini akan dijelaskan nanti. Struktur Kebatinan Masyarakat Adat Talang Mamak sesungguhnya hanya yang berada dalam kotak bergaris tebal bewarna biru tua. Di dalam kotak itu, terlihat jelas struktur Kebatinan yang merujuk pada silsilah keturunan orang Talang Mamak.
“Kami hanya mengakui batin yang menjunjung tinggi garis keturunan, curaian dan sejarah,” ungkap Irasan.
Curaian, dalam hal ini adalah penuturan adat yang disampaikan pihak-pihak yang berkompeten seperti Batin atau Patih. Curaian adat bukan hanya berisi sejarah keturunan, tapi lebih jauh dari itu, berisi pula petatah petitih yang rumit. Kadang, mencoba mengerti curaian adat Talang Mamak mengharuskan saya mengulang-ulang kembali rekaman suara, atau bertanya ulang pada sumber bersangkutan.
Dalam bahasa Indonesia, kata curaian berarti paparan yang sangat jelas, sangat terang. Di Talang Mamak, arti kata curaian lebih dalam, dan mendetil tentang keturunan berikut dengan pantun adat yang rumit.
Catatan kaki
6. Akhwan Binawan , Budy Utamy, Gilung, Muntaza dan Pengurus Daerah AMAN INHU, dalam Identitas Orang Talang Mamak Dan Wilayah Adatnya, dipublikasikan AMAN INHU tahun 2015.
*Tulisan ini merupakan bagian dari Buku Talang Mamak di Tepi Zaman karya Syafrizaldi Jpang, yang diterbitkan oleh AsM Law Office bekerjasama dengan Rights and Resources Initiative pada 2020. Adatpedia.com akan menerbitkan 10 seri dalam buku tersebut secara bersambung setiap minggu.