Selamat Jalan Aman Laulau, Pejuang Budaya Mentawai
Adatpedia – Kami menerima kabar duka dari Butui, dusun di pedalaman Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai bahwa Aman Laulau, sikerei Mentawai yang legendaris wafat, Senin (27/2/2023) sore.
Aman Laulau yang berusia sekitar 67 tahun memiliki nama lengkap Josep Teuki Ogok Salakirat. Ia tokoh adat Mentawai yang terkenal, sering diundang tampil dalam berbagai acara dan memperagakan kegiatan budaya tradisional Mentawai di depan kamera yang datang ke umanya.
Ia saksi hidup penghancuran budaya Mentawai yang masif oleh petugas pemerintah pada 1970-1980-an. Ia menyaksikan petugas pemerintah membakar peralatan sikerei di tempat lain, seperti “jejeneng” (lonceng), kalung, “bakkat katsaila” (tempat persembahan), tengkorak hasil buruan, dan rambut panjang. Bahkan ada yang membakar uma (rumah adat mentawai) sehingga pemiliknya menangis meraung.
“Ada orang dari Kampung Sirileleu di Siberut yag dibawa ke Padang, menyanyikan lagu sikerei mereka yang indah, suara dan nyanyi mereka bagus, namun di balik semua itu ada tangisan, anak mereka ada, suami mereka ada, tetapi habis tatonya, habis budayanya,” katanya ketika saya wawancarai pada Juli 2018.
Ketika polisi mendatangi umanya untuk membakar peralatan budayanya, Aman Laulau menggertaknya dengan panah beracun. Polisi pun urung melakukan aksinya. Atas kejadian itu, dengan bantuan fotografer asing pencita budaya Mentawai asal Kanada, ia menghadap Gubernur Sumatera Barat di Padang dengan memakai pakaian tradisionalnya: kabit (cawat) warna merah tua, tubuh dihiasi tato, dan rambut panjang yang terikat.
Berdasarkan pengaduannya, akhirnya gubernur mengeluarkan surat yang berisi tidak boleh lagi melarang adat Mentawai, karena merupakan kepercayaan bagi orang Mentawai. Setelah itu ia diundang ke Jakarta bersama rombongan 12 lelaki Mentawai untuk menampilkan tarian tradisional pada acara yang dihadiri Presiden Soeharto.
“Akibat tindakan represif itu, saat ini beberapa perlengkapan budaya sudah sulit didapat, beberapa hal sudah tidak kami ketahui lagi, sekarang anak-anak kami sudah memakai baju ingin menyesuaikan (dengan kehidupan modern), tapi memang saya akui pada zaman sekarang semacam pakaian ini sangat praktis karena tidak susah mengenakannya,” katanya.
Ketika saya tanya, Aman Laulau penuh semangat menceritakan makna tato di sekujur tubuhnya dan kisah pembuatannya. Ia juga memperagakan pembuatan tato kepada beberapa orang dalam sebuah festival di Tuapeijat.
Selamat jalan Aman Laulau. Abadilah di surga. Perjuanganmu mempertahankan budaya Mentawai tentu tidak akan sia-sia. (Syofiardi Bachyul Jb)